Resensi Matilda

Sang Malang yang Jenius
 Judul              : Matilda
Pengarang       : Roald Dahl
Penerjemah      : Agus Setiadi

Ilustrasi           : Quentin Blake

Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun              : 1991
, cetakan keenam 2010
Genre              : Novel Anak

Ukuran                        : 13.5 x 20 cm
Tebal               : 261 Halaman
ISBN               :
978-979-511-167-2
Resensator       : Ade Rizky Amalia


Mengagumkan, itulah kata yang akan kita ucapkan ketika membaca novel Matilda karya Roald Dahl yang diterbitkan pertama kali tahun 1991 ini . novel dengan alur maju ini memiliki imajinasi luar biasa. walaupun dengan jenis novel anak, akan tetapi tak sedikit orang dewasa yang juga menyukainya. Roald Dahl merupakan seorang pengarang ternama keturunan Norwegia yang lahir di Wales, Inggris. Selain menulis, Roald Dahl juga merupakan seorang atlet alamiah, pilot ulung Angkatan Udara Inggris (RAF) pada masa PD II, dan fotografer yang berbakat.
            Novel Roald Dahl kali ini menceritakan tentang kehidupan seorang anak yang jenius. Sebagian orang tua mungkin menganggap anak adalah anugerah terindah, tapi tidak termasuk dengan Mr. dan Mrs. Wormwood dalam novel ini. mereka bahkan menganggap anak mereka seperti ketombe yang menggangu dan menjijikan. Matilda, bocah perempuan malang yang hobinya membaca, tapi sayangnya ia tidak pernah mendapatkan perhatian orang tuanya. bahkan orang tuanya tidak pernah tahu kalau anaknya telah melahap buku-buku karya pengarang terkenal seperti Charles Dickens, Voltaire, Ernest Hemingway, Rudyard Kliping, Tagori, Shakespiere yang sudah dibacanya saat umurnya belum genap 5 tahun. Kurangnya perhatian orang tuanya ini menyebabkan Matilda terlambat masuk sekolah .
Ayah Matilda, yaitu Mr. Wormwood adalah seorang pedagang mobil bekas yang sukses, tapi penuh tipu muslihat. Ibunya, Mrs. Wormwood seorang ibu rumah tangga yang menghabiskan hari-harinya dengan bermain bingo. Sedangkan acara keluarga dihabiskan dengan menonton acara TV.  Michael, abang Matilda dicita-citakan ayahnya untuk dapat meneruskan bisnisnya, sedangkan Matilda hanya dianggapnya sebagai sesuatu yang selalu mengganggu. Matilda selalu dipojokkan, sebagai anak perempuan ia hanya boleh terlihat tetapi suaranya tak boleh terdengar.
Beberapa kali Matilda berusaha membalas segala perlakuan orang tuanya itu, mulai dari mengolesi topi kesayangan ayahnya dengan lem yang super lengket sampai mengelabui orangtuanya dengan burung nuri.
Matilda yang jenius akhirnya mendapat perhatian gurunya di sekolah, bahkan baru beberapa saat sekolah dimulai, Matilda diusulkan pindah ke kelas yang lebih tinggi. karena kejeniusannya, Matilda dibebaskan mengikuti pelajaran mengeja huruf sebagaimana murid lainnya dan disarankan belajar pelajaran yang lebih tinggi. Perhatian Miss Honey sebagai guru Matilda semakin menjadi ketika terjadi insiden di sekolah. Miss Thruncbull, sang kepala sekolah yang sangat membenci anak-anak mendapati seekor kadal di tempat minumnya, ini terjadi karena balas dendam seorang murid yang merasa mendapat ilham dari Matilda dan buku-buku bacaannya.
Selain jenius Matilda juga mempunyai kemampuan super, ia mampu menggerakkan benda hanya dengan pikirannya saja, dengan kemampuan super itu Matilda berhasil membantu Miss. Honey mendapatkan rumah dan uangnya yang diambil Miss.Thrunchbull yang ternyata adalah bibinya sendiri .
Matilda yang tersia-sia ini akhirnya tinggal bersama Miss. Honey, gurunya, karena orang tua dan kakaknya pindah ke Spanyol akibat kasus kejahatan yang mereka lakukan. Matilda yang malang akhirnya hidup bahagia bersama guru kesayangannya, bahkan orang tua Matilda tak peduli jika anaknya memilih untuk berpisah dari mereka.
Terlepas dari semua itu, agaknya Roald Dahl mengajak pembaca berimajinasi sebebas-bebasnya sekaligus menyampaikan pesan dengan caranya sendiri agar orang tua tidak mengabaikan anak. Dalam novel ini Roald Dahl langsung menghantam orang dewasa, utamanya kaum ayah dan ibu, yang melakukan praktik pola asuh keliru seperti orang tua Matilda.
  Roald Dahl tampaknya juga menekankan pentingnya kegemaran membaca. Tokoh-tokoh baik dan pintar dalam buku ini adalah orang-orang yang gemar membaca, sedangkan tokoh-tokoh jahat seperti orangtua Matilda dan Kepala sekolah adalah orang-orang yang hobinya bermain.
Buku yang memenangkan children’s book award ini menarik karena diberi ilustrasi yang menunjang, kata-katanya enak dibaca, dan memiliki adegan-adegan yang mungkin akan membuat pembaca menggelengkan kepala dan tidak percaya karena terlihat mustahil. Meskipun cerita-ceritanya memberi kesan menyeramkan, kala membacanya kita tidak merasa merinding karena gaya penceritaan dibuat seringan mungkin, sesuai dengan sasaran pembaca buku ini, yaitu anak-anak SD di Inggris sana. Dalam katalog, buku ini dikatagorikan sebagai fiksi anak-anak. Namun, mengingat jumlah halaman dan kosa katanya, buku ini terasa berat bagi anak-anak SD di Indonesia .
 Dengan segala kelebihan dan kekurangannya tersebut, novel ini tetap memikat dan menarik untuk di baca, Serta dapat mengilhami anak-anak untuk menjadi pembaca yang baik dan memiliki panutan seperti Roald Dahl. Selain itu, Roald Dahl juga memberikan amanat yang bermanfaat bagi anak-anak maupun orang dewasa, beliau mengajarkan kepada kita betapa pentingnya kasih sayang, ilmu, dan sikap saling peduli antar sesama. bahkan, berkat karya-karyanya Roald Dahl menjadi pengarang favorit anak-anak sedunia.


Komentar

Postingan Populer