laporan praktikum hidrolisis garam
PEMERINTAH
KABUPATEN LAHAT
DINAS
PENDIDIKAN KABUPATEN LAHAT
SMA
NEGERI 4 LAHAT
Akreditasi A
Jalan TanjungPayang Kec. Lahat Telp.
0731-326660/32662
WORKSHEET
Hari/tanggal : Selasa, 03 Mei 2013
Nama Kelompok
: 1.
Ade Rizky Amalia
2. Alfira Mutiara
3. Meza Belindiani Azzahra
2. Alfira Mutiara
3. Meza Belindiani Azzahra
Kelas
: XI IPA 1
Mata
Pelajaran : Kimia
I.
Judul : Hidrolisis Garam
II.
Tujuan :
1. menjelaskan sifat
asam-basa larutan garam
2. menjelaskan dan
menentukan jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui percobaan
3. mengukur dan menghitung pH larutan garam yang
terhidrolisis
III.
Landasan Teori :
Pengertian
Hidrolisis
Hidrolisis merupakan istilah yang umum digunakan untuk
reaksi zat dengan air (hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan
lysis yang berarti penguraian). Menurut konsep ini, komponen garam (kation atau
anion) yang berasal dari asam lemah atau basa lemah bereaksi dengan air
(terhidrolisis) membentuk ion H3O+ (=H+) atau ion OH-. Hidrolisis
kation menghasilkan ion H3O+, sedangkan hidrolisis anion
menghasilkan ion OH-.
Sebagaimana
kita ketahui bahwa larutan asam direaksikan dengan larutan basa akan membentuk
senyawa garam. Jika kita melarutkan suatu garam ke dalam air, maka akan ada dua
kemungkinan yang terjadi, yaitu:
·
Ion-ion
yang berasal dari asam lemah (misalnya CH3COO–, CN–, dan S2–) atau ion-ion yang
berasal dari basa lemah (misalnya NH4+, Fe2+, dan Al3+) akan bereaksi dengan
air. Reaksi suatu ion dengan air inilah yang disebut hidrolisis. Berlangsungnya hidrolisis disebabkan adanya kecenderungan ion-ion
tersebut untuk membentuk asam atau basa asalnya.
Contoh:
·
Ion-ion
yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl–, NO3–, dan SO42–) atau ion-ion yang
berasal dari basa kuat (misalnya Na+, K+, dan Ca2+) tidak bereaksi dengan air
atau tidak terjadi hidrolisis. Hal ini dikarenakan ion-ion tersebut tidak
mempunyai kecenderungan untuk membentuk asam atau basa asalnya.
Hidrolisis
hanya dapat terjadi pada pelarutan senyawa garam yang terbentuk dari ion-ion
asam lemah dan ion-ion basa lemah. Jadi, garam yang bersifat netral (dari asam
kuat dan basa kuat) tidak terjadi hidrolisis.
Ada dua
macam hidrolisis, yaitu:
§
Hidrolisis parsial/sebagian (jika
garamnya berasal dari asam lemah dan basa kuat atau sebaliknya & pada
hidrolisis sebagian hanya salah satu ion saja yang mengalami reaksi hidrolisis,
yang lainnya tidak)
§ Hidrolisis
total (jika garamnya berasal dari asam lemah dan basa lemah).
Konsep Hidrolisis
Pencampuran larutan asam dengan
larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Namun demikian, garam dapat bersifat
asam, basa maupun netral. Menurut konsep ini,
komponen garam (kation atau anion) yang berasal dari asam lemah
atau basa lemah bereaksi dengan air (terhidrolisis) membentuk ion H3O+
(= H+) atau ion OH–. Jika hidrolisis menghasilkan ion H3O+ maka
larutan bersifat asam, tetapi jika hidrolisis menghasilkan ion OH– maka larutan
bersifat basa. Hidrolisis garam sebenarnya adalah reaksi asam basa Bronsted
Lowry, yaitu semakin kuat suatu asam, semakin lemah basa konjugasinya. Komponen
garam yang berasal dari asam atau basa lemah merupakan basa atau asam
konjugasi yang relatif kuat dapat bereaksi dengan air, sedangkan komponen
garam yang berasal dari asam atau basa kuat tidak bereaksi dengan air (tidak
terhidrolisis).
1. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Kuat
Asam kuat dan basa kuat bereaksi membentuk garam dan
air. Kation dan anion garam berasal dari elektrolit kuat yang tidak
terhidrolisis, sehingga larutan ini bersifat netral, pH larutan ini sama dengan
7.
Contoh
Larutan KCl berasal dari basa kuat KOH terionisasi
sempurna membentuk kation dan anionnya. KOH terionisasi menjadi H +
dan Cl - . Masing-masing ion tidak bereaksi dengan air, reaksinya
dapat ditulis sebagai berikut.
Cl - (aq) + H
2 O (l) → tidak ada
reaksi
2. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Lemah
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah
mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dalam air. Garam ini mengandung kation
asam yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini bersifat asam, pH <7.
Contoh
Amonium klorida (NH 4 Cl) merupakan garam
yang terbentuk dari asam kuat, HCl dalam basa lemah NH 3 . HCl akan
terionisasi sempurna menjadi H + dan Cl - sedangkan NH
3 dalam larutannya akan terionisasi sebagian membentuk NH 4 +
dan OH - . Anion Cl - berasal dari asam kuat tidak dapat
terhidrolisis, sedangkan kation NH 4 + berasal dari basa
lemah dapat terhidrolisis.
NH 4 Cl (aq) → NH 4 +
(aq) + Cl - (aq)
Reaksi hidrolisis dari amonium (NH 4 +
) merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini menghasilkan ion oksonium (H
3 O + ) yang bersifat asam (pH<7). Secara umum reaksi
ditulis:
3. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Kuat
Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat
mengalami hidrolisis parsial dalam air. Garam ini mengandung anion basa yang
mengalami hidrolisis. Larutan garam ini bersifat basa (pH > 7).
Contoh
Natrium asetat (CH 3 COONa) terbentuk dari
asam lemah CH 3 COOH dan basa kuat NaOH. CH 3 COOH akan
terionisasi sebagian membentuk CH 3 COO - dan Na +
. Anion CH 3 COO - berasal dari asam lemah yang dapat
terhidrolisis, sedangkan kation Na + berasal dari basa kuat yang
tidak dapat terhidrolisis.
Na + (aq) + H 2 O
(l) → tidak terjadi reaksi
Reaksi hidrolisis asetat (CH 3 COO ‑
) merupakan reaksi kesetimbangannya. Reaksi ini menghasilkan ion OH ‑
yang bersifat basa (pH > 7). Secara umum reaksinya ditulis:
4. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Lemah
Asam lemah dengan basa lemah dapat membentuk garam
yang terhidrolisis total(sempurna) dalam air. Baik kation maupun anion dapat
terhidrolisis dalam air. Larutan garam ini dapat bersifat asam, basa, maupun
netral. Hal ini bergantung dari perbandingan kekuatan kation terhadap anion
dalam reaksi dengan air.
Contoh
Suatu asam lemah HCN dicampur dengan basa lemah, NH
3 akan terbentuk garam NH 4
CN. HCN terionisasi sebagian dalam air membentuk H + dan CN -
sedangkan NH 3 dalam air terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH-.
Anion basa CN - dan kation asam NH 4 + dapat
terhidrolisis di dalam air.
NH 4 CN (aq) → NH 4 +
(aq) + CN - (aq)
Sifat larutan bergantung pada kekuatan relatif asam
dan basa penyusunnya (Ka dan Kb)
- Jika Ka <
Kb (asam lebih lemah dari pada basa) maka anion akan terhidrolisis lebih banyak
dan larutan bersifat basa.
- jika Ka >
Kb (asam lebih kuat dari pada basa) maka kation akan terhidrolisis lebih banyak
dalam larutan bersifat asam.
- Jika Ka = Kb
(asam sama lemahnya dengan basa) maka larutan bersifat netral.
Aplikasi Hidrolisis Garam dalam
Kehidupan
1. Pelarutan sabun
Garam natrium stearat, C 17H 35COONa
(sabun cuci) akan mengalami hidrolisis jika dilarutkan dalam air , menghasilkan
asam stearat dan basanya NaOH.
Reaksi: C17H 35COONa + H 2O
--> C 17H 35COOH + NaOH
Oleh karena itu, jika garam tersebut digunakan untuk
mencuci, airnya harus bersih dan tidak mengandung garam Ca 2+ atau
Mg 2+. garam Ca 2+ dan Mg 2+ banyak terdapat
dalam air sadah. Jika air yang digunakan mengandung garam garam Ca 2+,
terjadi reaksi
2(C 17H 35COOH) + Ca 2+
--> (C 17H 35COO) 2 + H +
Sehingga buih yang dihasilkan sangat sedikit. Akibatnya,
cucian tidak bersih karena fungsi buih untuk memperluas permukaan kotoran agar
mudah larut dalam air.
2.
Penjernihan air
Penjernihan air minum oleh PAM berdasarkan prinsip
hidrolisis, yaitu menggunakan senyawa aluminium fosfat yang mengalami
hidrolisis total.
3. Sebagai Pupuk
Agar tanaman tumbuh dengan baik, maka pH tanaman harus
dijagam pH tanah di daerah pertanian harus disesuaikan dengan pH tanamannya.
Oleh karena itu diperlukan pupuk yang dapat menjaga pH tanah agar tidak terlalu
asam atau basa. Biasanya para petani menggunakan pelet padat (NH 4 ) 2 SO 4 untuk
menurunkan pH tanah. Garam (NH 4 ) 2 SO 4 bersifat
asam, ion NH 4 + akan terhidrolisis dalam
tanah membentuk NH 3 dan H + yang
bersifat asam.
4. Pemutih Pakaian
Kita juga sering memakai bayclin atau sunklin untuk
memutihkan pakaian kita. Produk ini mengandung kira-kira 5 % NaOCl yang sangat
reaktif sehingga dapat menghancurkan pewarna, sehingga pakaian menjadi putih
kembali. Garam ini terbentuk dari asam lemah HOCl dengan basa kuat NaOH. Ion
OCl - terhidrolisis menjadi HOCl dan OH-,
sehingga garam NaOCl bersifat basa.
IV.
Alat dan bahan :
Alat
|
Bahan
|
Pipet tetes
|
Larutan NaCl
|
Plat tetes
|
Larutan MgSO4
|
Larutan NH4Cl
|
|
Larutan Na2CO3
|
|
Larutan NaCH3COO
|
|
Larutan NH4CH3COO
|
|
Kertas lakmus merah
|
|
Kertas lakmus biru
|
V.
Cara Kerja :
1.
Menyiapkan alat
dan bahan.
2.
Teteskan
larutan-larutan NaCl, MgSO4, NH4Cl, Na2CO3,
NaCH3COO, dan NH4CH3COO masing-masing ke dalam
plat tetes yang sudah dibersihkan (setiap larutan ditempatkan dalam 2 lubang
pada plat tetes).
3.
Periksa larutan-larutan
NaCl, MgSO4, NH4Cl, Na2CO3, NaCH3COO,
dan NH4CH3COO di dalam dua lekukan plat tetes masing-masing
dengan lakmus merah dan lakmus biru
4.
Amati perubahan
warna kertas lakmus dan catat datanya
VI.
Hasil
Pengamatan:
Larutan
|
Perubahan Warna Indikator
|
pH
|
Sifat
Larutan
|
|
Lakmus merah
|
Lakmus biru
|
|||
larutan NaCl
|
Merah
|
Ungu
|
5,5 – 8,0
|
Asam
|
Larutan MgSO4
|
Merah
|
Biru
|
=7
|
Basa
|
Larutan NH4Cl
|
Merah
|
Merah
|
<5,5
|
Asam
|
Larutan Na2CO3
|
Biru
|
Biru
|
>8,0
|
Basa
|
Larutan NaCH3COO
|
Merah
|
Biru
|
=7
|
Netral
|
Larutan
NH4CH3COO
|
Merah
|
Merah
|
<5,5
|
Asam
|
VII.Analisis
Data/Pertanyaan
1. Carilah
hubungan antara kekuatan asam dan basa pembentuk garam dengan sifat larutan
garam. Misalnya dalam bentuk sebagai berikut.
2.
Apakah ada kaitan antara jenis asam dan
basa pembentuk garam dengan sifat
larutan garamnya? Jika ada, tariklah
kesimpulan.
3. Tariklah kesimpulan dari percobaan ini.
Jawab
:
No
|
Rumus
Kimia Garam
|
Basa
Pembentuk
|
Asam
Pembentuk
|
Sifat
Larutan
|
||
1.
|
Rumus
|
Jenis
|
Rumus
|
Jenis
|
||
NH4Cl
|
NH3
|
Basa
Lemah
|
HCL
|
Asam
Kuat
|
Asam
|
|
2.
|
NaCl
|
NaOH
|
Basa Kuat
|
HCL
|
Asam Kuat
|
Netral
|
3.
|
NaCH3COO
|
NaOH
|
Basa Kuat
|
CH3COOH
|
Asam Lemah
|
Basa
|
4.
|
NH4CH3COO
|
NH3
|
Basa Lemah
|
CH3COOH
|
Asam lemah
|
Asam (ka>kb)
|
5.
|
MgSo4
|
Mg(OH)2
|
Basa Kuat
|
H2SO4
|
Asam Kuat
|
Netral
|
6.
|
Na2CO3
|
NaOH
|
Basa kuat
|
H2CO3
|
Asam lemah
|
Basa
|
1.
2. Ada, jenis
asam dan jenis basa menentukan sifat garam yang terbentuk.
1.
Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat
Garam yang tersusun dari asam kuat dan
basa kuat bersifat netral karena ion dari asam kuat dan basa kuat tidak dapat
terhidrolisis sehingga tidak mempengaruhi ion H+ dan OH-
2. Garam dari Basa Kuat dan Asam Lemah
Garam yang
tersusun dari basa kuat dan asam lemah akan mengalami hidrolisis sebagian
(parsial), yaitu hidrolisis anionnya yang berasal dari asam lemah. Hidrolisis
anion ini akan menghasilkan ion OH-, sehingga larutan akan bersifat
basa (pH>7).
3. Garam dari
asam kuat dan basa lemah
Garam yang
terbentuk dari asam kuat dan basa lemah akan mengalami hidrolisis parsial,
yaitu hidrolisis kationnya yang berasal dari basa lemah. Hidrolisis parsial ini
akan menghasilkan ion H3O+, sehingga larutan akan
bersifat asam (pH<7).
4. Garam dari
Asam Lemah dan Basa Lemah
Baik kation
maupun anion dari garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah
terhidrolisis dalam air, sehingga disebut hidrolisis total. Sifat larutan
bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa yang bersangkutan. Jika asam
lebih lemah daripada basa (Ka<Kb), maka anion akan terhidrolisis lebih
banyak dan larutan akan bersifat basa. Jika basa lebih lemah dari asam
(Ka>Kb), maka kation yang terhidrolisis lebih banyak dan larutan akan
bersifat asam. Sedangkan jika asam sama lemahnya dengan basa (Ka=Kb), larutan
akan bersifat netral.
3. - Apabila garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat maka sifat larutan garamnya netral.
- Apabila garam yang
terbentuk dari asam kuat dan basa lemah maka sifat larutan garamnya asam.
- Apabila garam yang terbentuk berasal dari asam lemah dan basa kuat maka sifat larutan garamnya basa.
- Apabila garam
yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah maka sifat larutan garamnya bisa
bersifat netral, asam maupun basa tergantung pada harga ka dan harga kb.
VIII. Pembahasan
Apabila larutan asam dan larutan basa dicampurkan
maka akan menghasilkan garam dan air. Garam dapat bersifat asam,
basa, atau netral. Sifat garam bergantung pada jenis komponen asam dan basanya.
Sifat asam basa suatu garam dapat
ditentukan dari kekuatan asam dan basa penyusunnya. Garam bersifat basa atau
asam disebabkan oleh sebagian garam yang larut bereaksi dengan air.
a)
Pada percobaan yang peneliti lakukan, larutan NaCl
bersifat asam. Menurut teori, Larutan
garam NaCl bersifat netral. Natrium Klorida
(NaCl) terdiri dari kation Na+ dan anion Cl-. Baik ion Na+
maupun ion Cl- berasal dari elektrolit kuat sehingga keduanya tidak
bereaksi dengan air.
NaCl (aq) → Na + (aq) + Cl - (aq)
NaCl tidak mengubah perbandingan
konsentrasi ion H+ dan OH- dalam air, dengan kata lain,
larutan NaCl bersifat netral. Kegagalan pada praktikum yang peneliti lakukan
disebabkan karena tidak teliti dalam melakukan percobaan.
b) Larutan garam
MgSO4 terdiri dari kation Mg2+
dan anion SO42-. Mg2+
berasal dari basa kuat Mg(OH)2 dan SO42- berasal dari asam kuat H2SO4.
Menurut
konsep hidrolisis garam, Garam
yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat tidak terhidrolisis dan larutan
garamnya
bersifat netral atau pH = 7.
Jadi, MgSO4
bersifat netral dan memiliki pH 7.
c)
Larutan garam NH4Cl
bersifat asam. Amonium klorida (NH4Cl)
merupakan garam yang terbentuk dari asam kuat (HCl) dan basa lemah (NH3) . Amonium
klorida (NH4Cl) terdiri dari kation NH4+ dan
anion Cl-. Ion NH4+ merupakan asam konjugasi
dari basa lemah NH3 mengalami hidrolisis sedangkan ion Cl-
merupakan basa konjugasi dari asam kuat HCl, tidak terhidrolisis.
NH 4 Cl (aq) → NH 4 + (aq) + Cl - (aq)
Hidrolisis parsial ini menghasilkan ion
H 3 O +, sehingga larutan bersifat asam.
d) Larutan
garam Na2CO3 terdiri dari
kation Na+ dan anion CO32-. Ion Na+
tidak dapat terhidrolisis karena berasal dari basa kuat NaOH sedangkan CO32-
merupakan basa konjugasi dari asam lemah H2CO3 sehingga
mengalami hidrolisis.
Na2CO3 (aq) → CO32-(aq) + 2Na + (aq)
Menurut konsep hidrolisis garam, Garam yang
terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat mengalami hidrolisis parsial dalam
air. Hidrolisis
menghasilkan OH-, maka larutan bersifat basa (pH > 7).
e) Larutan garam
NaCH3COO terdiri dari kation
Na+ dan anion CH3COO-. Ion Na+
berasal dari basa kuat (NaOH), sehingga tidak bereaksi dengan air (tidak
terhidrolisis). Ion CH3COO- merupakan basa konjugasi dari
asam lemah CH3COOH, sehingga bereaksi dengan air (mengalami
hidrolisis).
NaCH 3COO (aq) → CH 3COO - (aq) + Na +(aq)
NaCH3COO terhidrolisis
sebagian (parsial) dan menghasilkan ion OH-, maka larutan bersifat
basa. Pada
percobaan yang peneliti lakukan, didapatkan hasil larutan garam NaCH3COO bersifat netral, kesalahan ini disebabkan kelalaian
peneliti dalam menetesi larutan dan ketidaktelitian dalam melakukan percobaan.
f)
Larutan garam
NH4CH3COO
terdiri dari basa lemah NH3 dan asam lemah CH3COOH. NH4CH3COO
terdiri dari kation NH4+ dan
anion CH3COO-
yang sama-sama merupakan elektrolit lemah dan dapat terhidrolisis.
Sifat larutan garam ini bergantung pada
Ka atau Kb, bila Ka>Kb maka bersifat asam, bila
Ka<Kb maka bersifat basa, dan bila Ka=Kb maka bersifat netral. Pada percobaan
yang peneliti lakukan, larutan garam
NH4CH3COO bersifat asam sehingga Ka>Kb.
IX.
Kesimpulan :
·
Garam dalam air akan
terurai membentuk kation dan anion seperti dari asam basa semulanya.
·
Asam merupakan basa
yang lemah akan terhidrolisis.
·
Jika terjadi hidrolisis
sempurna, sifat tergantung pada harga Kb atau Ka.
·
pH kurang dari 7
mempunyai sifat asam.
·
pH lebih dari 7
mempunyai sifat basa.
·
Garam yang terbentuk
dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial), sifat larutan garamnya asam, sehingga pH < 7.
·
Garam yang terbentuk
dari asam lemah dan basa kuat mengalami hidrolisis sebagian (parsial), sifat larutan garamnya basa, sehingga pH > 7.
·
Garam yang terbentuk
dari asam lemah dan basa lemah akan mengalami hidrolisis sempurna (total), sifat
garamnya bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya (Ka dan
Kb)
Jika
Ka < Kb (asam lebih lemah dari pada basa) maka anion akan terhidrolisis
lebih banyak dan larutan bersifat basa dan pH >7 .
jika Ka > Kb (asam lebih kuat dari pada basa) maka
kation akan terhidrolisis lebih banyak dalam larutan bersifat asam dan pH <
7.
Jika Ka = Kb (asam sama lemahnya dengan basa) maka larutan bersifat
netral dan pH = 7.
·
Garam yang terbentuk
dari asam kuat dan basa kuat tidak terhidrolisis, maka sifat larutan garamnya netral, sehingga pH = 7.
·
Garam bersifat basa
karena dalam reaksi menghasilkan ion OH-.
·
Garam bersifat asam
karena dalam reaksi menghasilkan ion H+.
Komentar
Posting Komentar