laporan praktikum titrasi asam-basa
DINAS
PENDIDIKAN KABUPATEN LAHAT
SMA
NEGERI 4 LAHAT
Akreditasi A
Jalan TanjungPayang Kec. Lahat Telp.
0731-326660/32662
WORKSHEET
Hari/tanggal : Rabu, 03 April 2013
Nama Kelompok
: 1.
Ade Rizky Amalia
2. Alfira Mutiara
3. Meza Belindiani Azzahra
2. Alfira Mutiara
3. Meza Belindiani Azzahra
Kelas
: XI IPA 1
Mata Pelajaran : Kimia
I.
Judul : Larutan Penyangga
II.
Tujuan :
1. Membedakan larutan
penyangga dan bukan larutan penyangga berdasarkan percobaan.
2. menjelaskan komponen dan cara kerja larutan
penyangga.
3. menentukan pH larutan berdasarkan prinsip
kesetimbangan.
4. menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam
kehidupan sehari-hari.
III.
Landasan Teori :
Titrasi adalah suatu cara
penentuan kadar suatu larutan dengan menambahkan larutan penguji yang dapat
bereaksi dengan larutan, yang ingin ditentukan kadarnya. Larutan penguji
disebut “TITRAN” sedangkan larutan yang ingin diuji kadarnya disebut “TITRAT /
TITER”.
Titrasi asam basa melibatkan
asam maupun basa sebagai titrat ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan
reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan
basa dan sebaliknya.
Titran ditambahkan titer
sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara
stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut
sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent
ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titrat yang
diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume
titran, volume dan konsentrasi titrat maka kita bisa menghitung kadar titran.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen
pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH
selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran
untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah
“titik ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan
pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna
ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan
pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam
titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga
tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan
hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik
equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan
sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
Titrasi asam
basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa
larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam
basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar
sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan
kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang
diketahui dari perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan
melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.
Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan
konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam
basa (netralisasi). Larutan yang kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan
baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi
dengan disertai perubahan warna indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat
terjadinya perubahan warna indicator.
Asidimetri adalah analisis
(volumetri) yang menggunakan asam sebagai larutan standar. Alkalimetri adalah
analisis (volumetri) yang menggunakan alkali (basa) sebagai larutan standar.
Proses
titrasi asidimetri dan alkalimetri merupakan salah satu proses titrasi
netralisasi. Asidimetri merupakan suatu titrasi terhadap larutan basa bebas
atau garam yang berasal dari basa lemah dengan larutan standar asam. Dalam
proses ini terjadi penggabungan ion H+ dengan ion OH- membentuk molekul air.
Sedangkan alkalimetri adalah suatu proses titrsi larutan asam bebas atau
larutan garam yang berasal dari asam lemah dengan larutan standar biasa.
IV.
Alat dan bahan :
Alat
|
Bahan
|
Tabung Erlenmeyer
|
Indikator PP
|
Pipet tetes
|
10 ml larutan HCl
|
Gelas Ukur
|
Larutan NaOH 0,1 M
|
Buret
|
|
Corong
|
|
Statif
|
V.
Cara Kerja :
1.
Siapkan alat dan
bahan
2.
Ambil 10ml
larutan HCl dengan gelas ukur, tuang dalam tabung Elemeyer.
3.
Teteskan larutan
dalam elemeyer dengan indikator PP sebanyak 2 tetes.
4.
Isi buret dengan
larutan NaOH 0,1 M hingga garis 0 ml.
5.
Tetesi larutan
HCl dengan larutan NaOH. Penetesan harus dilakukan secara hati-hati dan
Erlenmeyer terus-menerus diguncangkan. Penetesan dihentikan saat terjadi
perubahan warna yang tetap, yaitu menjadi merah muda.
6.
Ulangi prosedur
di atas hingga diperoleh tiga data yang hampir sama
VI.
Hasil
Pengamatan:
No.
|
Volum larutan HCl yang digunakan
|
Volum larutan NaOH yang digunakan
|
|
1.
|
10 ml
|
10 ml
|
|
2.
|
10 ml
|
11 ml
|
|
3.
|
10 ml
|
10 ml
|
|
Rata-rata
|
10,3 ml
|
||
VII. Perhitungan :
a) Hitunglah Volume rata-rata NaOH !
b) Hitung Konsentrasi HCl !
Penyelesaian :
a)
Vrata-rata = (10+11+10) 3
= 10,3 ml
b)
Kosentrasi HCl
V1 x M1 = V2 x.M2
10 x M1= 10,3 x 0.1 M
10M1 =
1.03
M1 =
1.03 10 =10,3 . 10 - 2
M
VII. Pembahasan :
Reaksi yang
terjadi antara asam oksalat dengan NaOH adalah sebagai berikut :
Pada
standarisasi NaOH terhadap larutan HCl indikator yang digunakan adalah
penolftalein atau PP ,pada saat indikator ditambahkan warna larutan tetap
bening,setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak 10ml(percobaan pertama),
11ml(percobaan kedua), 10ml(percobaan ketiga) larutan berubah menjadi warna
pink atau merah muda. Perubahan warna pada larutan disebabkan oleh resonansi
isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang
berbeda,sehingga menunjukan warna pada range pH yang berbeda. Indikator
penolftalein adalah indikator yang dibuat dengan kondensasi anhidrida fthalein
dengan fenol. Jika indikator ini
digunakan,maka akan menunjukan pH yang berkisar antara 8,2 – 10,0 atau
berlangsung antara basa kuat dengan asam kuat.
Dari hasil praktikum,di dapatkan data sebagai
berikut :
No.
|
Vol. HCl
|
Indikator
|
Vol. NaOH
|
Perubahan Warna
|
1.
|
10ml
|
2 tetes PP
|
10ml
|
Tak berwarna – merah muda
|
2.
|
10ml
|
2 tetes PP
|
11ml
|
Tak berwarna – merah muda
|
3.
|
10ml
|
2 tetes PP
|
10ml
|
Tak berwarna – merah muda
|
Terjadinya
kesalahan dalam melakukan praktikum ini disebabkan oleh beberapa faktor,diantaranya:
1.
Kesalahan pada
saat memasukan HCl pada labu ukur
2.
Dan kesalahan
kecil lainnya termasuk pembersihan pada bagian muka bagian atas buret yang
tidak di lap oleh tisu .
Ada dua
cara untuk mengetahui titik ekivalen pada titrasi,
1. Memakai pH meter untuk memonitor pH selama
titrasi dilakukan. Kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk
memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut dinamakan
titik ekivalen. Cara ini jarang dilakukan karena harus menggunakan sarana yang
mendukung.
2. Memakai indikator asam basa, indicator
ditambahkan 2 hingga 3 tetes pada titran sebelum proses titrasi dilaukan. Indikator ini akan berubah
warna ketika titik ekivalen terjadi. Pada saat inilah titrasi dihentikan.
Perubahan warna diharapkan
tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua. Agar mendapatkan hasil titrasi
yang maksimal. Warna yang cocok adalah warna yang berada di tengah-tangah.
Tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
VIII.
Kesimpulan :
Kadar atau konsentrasi HCl
(asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi, yaitudengan mereaksikan HCl
(titrat) yang ditambahkan 2 tetes indicator PP denganNaOH (titran). Titrasi
harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan2 tetes indikator
berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOHyang digunakan akan
mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut,sehingga harus sangat
berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah volumeNaOH (basa) diketahui,
barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa dihitung.
IX.
Pertanyaan :
1.
Tentukan volum
rerata larutan NaOH yang digunakan.
2.
Tentukan jumlah
mol NaOH yang digunakan.
3.
Tentukan jumlah
mol HCl berdasarkan perbandingan koefisien reaksi.
HCl(aq)
+ NaOH(aq)à
NaCl(aq) + H2O(g)
4.
Tentukan
kemolaran larutan HCl tersebut.
5.
Apa yang dapat
Anda simpulka dari kegiatan ini ?
Jawaban :
1. 10,3 ml
2.
Mol NaOH yang
digunakan
10,3 x 0.1 = 1.03 mmol
3.
Koef rx (mol
HCl)
Mol HCl = koefisien ditanya koefisien diketahui × mol
NaOH
= 1 1 ×1,03 mmol =1,03 mmol
4.
V1 x M1 = V2 x.M2
10 x M1=
10,3 x 0.1 M
10M1 =
1.03
M1 =
1.03 10 =10,3 . 10 - 2
M
5.
Kadar atau
konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi, yaitudengan
mereaksikan HCl (titrat) yang ditambahkan 2 tetes indicator PP denganNaOH
(titran). Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan2
tetes indikator berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOHyang
digunakan akan mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut,sehingga harus
sangat berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah volumeNaOH (basa)
diketahui, barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa dihitung.
Komentar
Posting Komentar